- Back to Home »
- Essai , Science »
- Bot OpenAI Kalahkan pemain Dota 2 Profesional - Bagaimana nasibnya dimasa mendatang?
Posted by : Unknown
Tuesday, 12 September 2017
Bandung -- Istilah "Kecerdasan Buatan" atau Artificial Intelligence digunakan pertama kali ditahun 1956 oleh John McCarthy dari University of Massachusetts. Kecerdasan Buatan biasanya mengacu pada program komputer yang bisa belajar memainkan permainan, memahami dan merespon bahasa alami, membentuk jaringan syaraf tiruan seperti manusia dan bereaksi terhadap lingkungan (mendengar, melihat) seperti manusia. Kecerdasan buatan sudah diimplementasikan kedalam berbagai bidang, dari kesehatan sampai hiburan. Salah satu implementasi Kecerdasan Buatan dalam dunia hiburan adalah dalam permainan video atau video game.
Pada tanggal 12 Agustus 2017, sekelompok programmer dari OpenAI, sebuah perusahaan nirlaba dibidang AI, mendemonstrasikan proyek kecerdasan buatan yaitu sebuah bot yang diciptakan untuk mengalahkan pemain video game Dota 2 profesional dalam pertandingan 1v1. Bot ini tidak terkalahkan oleh pemain Dota 2 profesional yang dianggap paling hebat oleh komunitas Dota 2 seperti Dendi, Sumail dan Arteezy. Bot ini mempelajari permainan tersebut dari awal dengan mempelajari semua tayangan ulang pertandingan 1v1 yang telah terjadi antara pemain-pemain papan atas di pangkalan data Valve tanpa menggunakan imitation learning atau pohon pencarian. Menurut pihak OpenAI, pencapaian ini merupakan suatu batu loncatan untuk membangun sistem kecerdasan buatan yang bisa menggapai tujuan tertentu dalam situasi yang kompleks dan melibatkan manusia.
Untuk saat ini belum ada implementasi dari proyek openAI ini yang berguna bagi umat manusia karena proyek ini masih dan akan terus berkembang. CTO dari OpenAI Greg Brockman berpendapat bahwa dimasa yang akan datang bot tersebut bisa menjalankan tugas yang sangat kompleks seperti menjadi ahli bedah. Implementasi potensial bagi bot OpenAI dimasa mendatang bukan hanya sebatas menjadi ahli bedah, namun juga menjalankan tugas kompleks yang melibatkan manusia lainnya seperti menentukan jalur evakuasi saat terjadi bencana di wilayah padat penduduk, merawat orang yang sudah lanjut usia atau mungkin, ketika tingkat kesulitannya bisa diatur, bisa menjadi teman bermain video game kita. Sangat mungkin penerapan ini terjadi dimasa depan dimana teknologi dan sumber daya lebih terkembang serta masyarakat lebih maju dan menerima perubahan.
Banyak penerapan dari bot openAI ini yang belum bisa dimanfaatkan untuk kenyamanan umat manusia dikarenakan terbatasnya teknologi dan sumber daya yang ada. Mindset masyarakat yang menganggap kecerdasan buatan merupakan musuh yang akan menggantikan manusia pun perlu di ubah supaya mereka bisa menerima kecerdasan buatan dengan tangan terbuka sebagai perantara meningkatnya kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan.
Pada tanggal 12 Agustus 2017, sekelompok programmer dari OpenAI, sebuah perusahaan nirlaba dibidang AI, mendemonstrasikan proyek kecerdasan buatan yaitu sebuah bot yang diciptakan untuk mengalahkan pemain video game Dota 2 profesional dalam pertandingan 1v1. Bot ini tidak terkalahkan oleh pemain Dota 2 profesional yang dianggap paling hebat oleh komunitas Dota 2 seperti Dendi, Sumail dan Arteezy. Bot ini mempelajari permainan tersebut dari awal dengan mempelajari semua tayangan ulang pertandingan 1v1 yang telah terjadi antara pemain-pemain papan atas di pangkalan data Valve tanpa menggunakan imitation learning atau pohon pencarian. Menurut pihak OpenAI, pencapaian ini merupakan suatu batu loncatan untuk membangun sistem kecerdasan buatan yang bisa menggapai tujuan tertentu dalam situasi yang kompleks dan melibatkan manusia.
Untuk saat ini belum ada implementasi dari proyek openAI ini yang berguna bagi umat manusia karena proyek ini masih dan akan terus berkembang. CTO dari OpenAI Greg Brockman berpendapat bahwa dimasa yang akan datang bot tersebut bisa menjalankan tugas yang sangat kompleks seperti menjadi ahli bedah. Implementasi potensial bagi bot OpenAI dimasa mendatang bukan hanya sebatas menjadi ahli bedah, namun juga menjalankan tugas kompleks yang melibatkan manusia lainnya seperti menentukan jalur evakuasi saat terjadi bencana di wilayah padat penduduk, merawat orang yang sudah lanjut usia atau mungkin, ketika tingkat kesulitannya bisa diatur, bisa menjadi teman bermain video game kita. Sangat mungkin penerapan ini terjadi dimasa depan dimana teknologi dan sumber daya lebih terkembang serta masyarakat lebih maju dan menerima perubahan.
Banyak penerapan dari bot openAI ini yang belum bisa dimanfaatkan untuk kenyamanan umat manusia dikarenakan terbatasnya teknologi dan sumber daya yang ada. Mindset masyarakat yang menganggap kecerdasan buatan merupakan musuh yang akan menggantikan manusia pun perlu di ubah supaya mereka bisa menerima kecerdasan buatan dengan tangan terbuka sebagai perantara meningkatnya kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan.